Kamis, 26 Mei 2011

Nasehat Imam Syafi`i




1.Perbanyaklah Amal Kebaikan
Nafsuku padam tatkala ubun-ubunku menyala. Malamku gelap gulita ketika bintang bersinar terang. Wahai burung hantu yang hinggap di atas ubun-ubunku! Ketika burung gagak terbang dariku, kau kunjungi daku dan kau lihat tubuhku semakin rapuh. Memang setiap tempat yang kau kunjungi bererti itulah tempat-tempat kerapuhan.

Masihkah dapat kunikmati manisnya hidup, meskipun rambutku semakin menipis dan ubanku semakin menyebar, sulit untuk disemir ? Ketika usia senja seseorang telah datang dan rambutnya semakin memutih, hendaknya dia segera menumpas keseronokan serta kekejian hari-harinya dengan kebaikan.
Tinggalkanlah perkara-perkara yang buruk ! Kenapa hal itu haram dilakukan oleh orang yang bertaqwa. Dan tunaikanlah zakat atas kedudukan atau jabatanmu, karena zakat tersebut sama dengan zakat harta bila telah sampai nisabnya.
Berlaku baiklah kepada orang lain. Kerana dengan begitu, kelak engkau akan dapat menguasai manfaat kepada orang lain.
Jangan berjalan di atas bumi dengan penuh keangkuhan. Ketahuilah bahwa tidak lama lagi bumi ini akan menelanmu.
Barangsiapa sedang mencicipi dunia, di situlah aku pernah merasakan pahit getirnya kehidupan. Bagiku dunia adalah tipu daya dan penuh berisi kedustaan, bagaikan fatamorgana di tengah padang sahara. Dunia tidak ubahnya bagaikan bangkai-bangkai busuk yang hanya anjing-anjing kelaparan yang mau mendekatinya. Jika engkau menjauhi dunia, kelak engkau akan terselamat dari kekotorannya. Tapi, jika engkau dekati dunia, maka engkau akan diserang oleh anjing-anjingnya.
Berbahagialah orang-orang yang kokoh azas imannya dan menutup diri dalam kesucian jiwa.
2. Akhlak Yang Baik
Jika aku dicaci maki oleh orang yang hina, itu pertanda bahwa derajatku akan bertambah. Karena tidak akan muncul keaiban kecuali akibat perbuatan seseoranng. Jika jiwaku belum menjadi mulia atas dunia akan kutetapkan ia di kalangan orang-orang yang hina. Jika semua usahaku kuniatkan hanya untuk kepentinganku sendiri, maka engkau akan menemukan diriku memiliki banyak kesempatan untuk itu. Tetapi, aku berusaha melakukan sesuatu untuk kepentingan kawan-kawanku. Sungguh merupakan suatu cela atas orang yang kenyang, sementara dia membiarkan kawan-kawannya kelaparan.
Suatu ketika aku pernah mendapat penghinaan dari orang bodoh, namun aku tidak menanggapinya. Dia semakin bodoh, dan aku semakin bijak. Ibarat batang kayu gaharu, semakin hangus dibakar, semakin harum baunya. Jika orang-orang bodoh bertutur kata di depanmu, janganlah engkau tanggapi ! Sebaik-baik tanggapan untuk mereka adalah dengan bersikap diam. Jika kau berbicara di hadapan mereka, janganlah sampai terbawa arus pendapat yang diciptakan mereka. Dan jika kau berpaling dari mereka, wajah mereka akan tampak pucat pasi.
3. Jiwa Yang Kerdil
Diriwayatkan oleh Abdullah Al-Asbahani dari Abu Nashr dari Abu Abdillah yang mengatakan bahwa pernah mendengar Imam As-Syafi'I berkata :
"Tumpukan uang dapat membuat orang-orang yang sebelumnya membisu menjadi banyak bicara. Hati mereka tidak pernah mengenali kelebihan orang lain, dan tidak tahu derajat kemuliaan mereka sendiri"
4. Jiwa Yang Mulia
Tercabutnya gigi, siksa di penjara, tercabutnya jiwa, ditolaknya cinta, sejuk yang mencengkam, hukuman gantung, menyamak kulit binatang tanpa sinar matahari, memakan daging, memburu burung, menanam biji di tanah yang gersang, memadamkan kobaran api, menanggung malu, menjual rumah dengan harga murah, menjual kasut, dan menghadapi keganasan cambukan rotan, semuanya itu masih lebih meminta belas kasihannya.
5. Tiga Penyebab Datangnya Penyakit
Terdapat tiga perkara yang dapat merusak manusia di samping juga dapat menyebabkan orang sehat menjadi sakit. yaitu membiasakan minum minuman keras , terlalu banyak bersenggama, dan terburu-buru memasukkan makanan ketika di mulut masih ada makanan.
Mestikah kutaburkan permata ke hadapan domba-domba bodoh, atau mestikah aku bersajak di depan pengembala kambing-kambing ?
Sungguh ! Jika hidupku terlantar di negeri ini, aku akan memanfaatkan kata mutiara yang keluar dari penghuninya.
Jika Allah masih menganugerahi aku dengan kasihnya, akan kutemukan orang-orang pandai dan bijak.
Akan kusebarkan ilmuku, dan kumanfaatkan kecintaan mereka. Jika tidak, maka ilmuku akan selalu ku simpan.
Barangsiapa mengajari orang bodoh, akan sia-sia. Barangsiapa melarang orang lain yang berhak mendapat ilmu, dzalimlah dia.
6. Meruntuhkan Kehormatan Orang Lain
Wahai orang yang telah menghancurkan kehormatan orang lain, dan yang memutuskan tali kasih sayang, kau akan hidup penuh kehinaan. Jika engkau orang merdeka dan dari keturunan orang yang baik-baik, pastilah engkau tidak akan menodai kehormatan orang lain.
Barangsiapa pandai menimbang orang lain, tentu orang lain akan menimbang dirinya dengan segenap kebaikannya. Cukup sudah bagiku pengajaran dari guruku.
7. Buruk Sangka
Prasangka selalu buruk dan prasangka buruk itu sumber fitnah. Ketika seseorang melemparkan tuduhan dalam keadaan lapar, ia hanya mengungkapkan prasangka baik dan ucapan yang enak didengar.
8. Terimalah Maaf Dengan Tulus
Terimalah permintaan maaf sahabatmu yang melakukan kesalahan, baik ia jujur mengatakannya kepadamu ataupun tidak. Dengan begitu bererti telah taat kepadamu orang yang engkau terima dari segi lahirnya saja. Dan telah membuatmu mulia orang yang bermaksiat kepadamu secara sembunyi-sembunyi
9. Permintaan Maaf Sebagai Penebus Dosa
Dikatakan kepadaku "Si fulan telah membuatku sedih". Padahal merupakan suatu cela bila seorang pemuda diperhatikan. Ku jawab : "Dia telah datang kepadaku untuk meminta maaf. Dan menurutku permintaan maafnya merupakan penebus dosanya."
10. Diam Membawa Keselamatan
Banyak orang berkata : "Mengapa engkau diam padahal engkau dimusuhi ?" Aku katakana kepada mereka : Menanggapi sesuatu permusuhan sama dengan melakukan kejahatan. Bersikap diam dalam menghadapi orang bodoh atau orang yang gila merupakan kebajikan jiwa. Di dalam sikap diam juga terdapat penjagaan bagi kehormatan. Tidakkah engkau lihat ! Harimau-harimau hutan itu ditakuti dan disegani ketika mereka diam, sedangkan anjing di jalan raya banyak yang dilempari karena selalu mengonggong.
11. Keutamaan Orang Pendiam
Aku menganggap diam sebagai perniagaan. Meskipun tak ada untungnya, paling tidak aku tak merugi. Diam ibarat barang niaga yang membawa banyak keuntungan bagi pemiliknya.
12. Sang Dermawan
Jika kamu tidak boleh bersikap dermawan, maka ingatlah bahwa hari-harimu yang telah berlalu tak akan kembali. Bukankah tanganmu boleh mengepal dan membuka ? Apa yang boleh kau harapkan ketika kau sendirian tatkala bumi mencengkam dirimu dengan kuku besinya ? Saat itulah tentu, engkau berharap untuk dapat kembali ke dunia, padahal hari-hari itu tak akan pernah kembali.
13. Ciri-ciri Orang Wara
Seorang yang memiliki sifat wara, tak akan mempedulikan kejelekan orang lain, karena disibukkan oleh aibnya sendiri, ibarat orang sakit, ia tak mungkin menghiraukan penyakit orang lain, kerana sibuk memperhatikan penyakitnya sendiri.
14. Mengendalikan Nafsu
Yaqut Al-Hamawiy berkata bahwa pada suatu hari ada seorang yang datang kepada Imam Syafi'i seraya membawa lembaran bertulis : "tanyakanlah kepada mufti Mekah dari keturunan Hasyim, apakah yang dia lakukan ketika sedang sangat marah kepada seseorang." Imam Syafi'i lalu menuliskan sesuatu di bawah pertanyaan itu.
Tekanlah nafsunya, kendalikan amarahnya dan hendaklah bersabar dalam menghadapi setiap persoalan.
Pembawa lembaran itu kemudian datang kembali sambil membawa tulisan yang baru sebagai jawaban fatwa Imam Syafi'i.
Bagaimana mungkin dia dapat menekan nafsunya pada saat nafsu itu telah menjadi pembunuh dan setiap hari ada saja halangan yang merintanginya.
Imam Syafi'i menjawab lagi.
Jika dia tidak mau bersabar atas derita yang menimpanya, maka tidak ada jalan lain baginya, kecuali hidup berhiaskan tanah.
15. Menyimpan Rahasia
Bila seseorang membuka rahasia pribadinya di depan orang banyak, kemudian dia mencela orang lain, maka orang tersebut dianggap tidak waras. Bila dia merasa dadanya sempit akibat rahasia pribadinya, maka ketahuilah bahwa dada tempat menyimpan rahasia tersebut lebih sempit lagi.
16. Hiasan Diri
Jagalah dirimu dan hiasilah dirimu dengan budi pekerti yang mulia ! Niscaya engkau akan hidup sejahtera, dan tutur kata orang-orang terhadapmu akan menjadi indah.
Janganlah memusuhi manusia, kecuali dengan sikap ramah. Niscaya akan ada yang menolongmu dan sahabat akan mengasihimu.
Tidak baik mencintai orang yang berwajah banyak (munafik) karena ia akan mengikut arah angin ke manapun angin itu bertiup.
Apakah arti banyak kawan jika mereka tidak menolong di waktu kita susah.
17. Sikap Lembut
Aku mengenali banyak orang, tetapi aku tidak pernah merasa dengki kepada mereka. Itulah sebabnya mereka sayang padaku. Bagaimana mungkin seseorang akan berlemah lembut kepada seorang pendengki, bila pendengki itu tidak menghendaki sesuatu apapun selain hilang nikmat dari orang tersebut.
18. Menjaga Diri
Jagalah dirimu baik-baik, niscaya isterimu akan menjaga dirinya dengan baik. Hindari perbuatan keji yang tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim. Zina itu ibarat hutang, jika kau lakukan, maka isterimu dan anak-anakmu yang akan membayarnya. Renungkanlah.
19. Menjaga Lidah
Jagalah lidahmu kawan ! Agar ia tidak menyengatmu, karena lidah tidak ubahnya ular berbisa. Banyak orang binasa akibat perbuatan lidah, padahal dulu mereka dihormati kawan-kawannya.
20. Rahsia Pribadi
Jika hidupmu ingin selamat dari nista, agama mulia, dan hartamu terjaga, jangan sekali-kali engkau buka rahasia pribadi seseorang. Karena semua orang mempunyai rahasia pribadi, dan mereka juga mempunyai lidah.
Tetapi jika kedua matamu terbuka mencari keaiban, biarkanlah. Katakan saja : "Hai mataku ketahuilah bahwa semua manusia punya mata." Pergaulilah manusia dengan baik, tampakkan keramahan kepada manusia, dan layanilah mereka dengan baik. "
21. Menilai Diri Sendiri
Nilailah orang yang menilaimu dengan ukuran yang dipakainya waktu ia menilaimu. Siapapun yang datang dan berbaik hati padamu, sambutlah dengan hari lapang, dan siapa saja yang membencimu, layanilah. Kembalikanlah kepada Tuhan, karena segala sesuatu yang datang kepadamu berasal daripada-Nya.
22. Jika Akan Mulia Dengan Hidup Apa Adanya
Kubunuh sifat-sifta tamakku, maka tenanglah jiwaku. Jiwaku akan hina kalau aku tetap tamak. Kuhidupkan rasa puas yang telah lama mati, kerana dengan menghidupkannya harga diri dapat terjaga. Jika sifat rakus bersarang di hati seorang hamba, maka ia akan menjadi orang yang hina dina.
23. Diam Itu Lebih Baik
Tidak ada baiknya banyak bicara jika engkau telah mengetahui inti pembicaraannya. Bagi seseorang pemuda lebih baik diam daripada berbicara yang tidak pada tempatnya. Sebab, seseorang pemuda memiliki watak yang dapat dilihat dari raut mukanya.
24. Pahitnya Menjaga Kebaikan
Jangan engkau fikirkan kebaikan orang yang telah diberikan kepadamu. Pilihlah bahagian yang sesuai untukmu. Bersabarlah ! Sesungguhnya sabar itu perisai diri. Pemberian-pemberian orang lebih berat tanggunggannya di hati dibandingkan tusukan tombak.
25. Berpaling Dari Orang Bodoh
Berpalinglah dari orang-orang yang bodoh, karena yang dikatakannya bermula dari kebodohannya. Tidak ada sungai Eufrat yang dalam itu, jika ada anjing yang menyeberanginya.
26. Mata Orang Yang Ridha Itu Tumpul Terhadap Kesalahan
Mata orang yang ridha seringkali tumpul terhadap semua keaiban. Tapi mata orang yang benci sering kali memusatkan kejelekan. Aku tidak takut kepada orang yang tidak takut kepadaku. Maka cintaku pun akan mendekat kepadanya. Dan jika cintanya menjauhi dariku, maka kita dapat hidup sendiri, apa lagi jika kita telah mati.


Kamis, 31 May 2007 14:58
Terakhir Diperbaharui ( Selasa, 24 Juli 2007 21:16 )
[http://buntetpesantren.org/index.php?option=com_content&view=article&id=684%3Anasehat-imam-syafii&catid=18%3Aulama&Itemid=43]
NASEHAT IMAM ASY-SYAFI'I KEPADA MURIDNYA IMAM AL-MUZANY


Imam Al-Muzany bercerita, "Aku menemui Imam Asy-Syafi'i menjelang wafatnya, lalu aku berkata, "Bagaimana keadaanmu pagi ini, wahai ustadzku?"

Beliau menjawab, "Pagi ini aku akan melakukan perjalanan meninggalkan dunia, akan berpisah dengan kawan-kawanku, akan meneguk gelas kematian, akan menghadap kepada Allah dan akan menjumpai kejelakan amalanku. Aku tidak tahu, apakah diriku berjalan ke surga sehingga aku memberinya ucapan kegembiraan, atau berjalan ke neraka sehingga aku menghibur kesedihannya. "

Aku berkata, "Nasehatilah Aku."

Asy-Syafi'i berpesan kepadaku, "Bertakwalah kepada Allah, permisalkanlah akhirat didalam hatimu, jadikanlah kematian antara kedua matamu dan jangan lupa engkau akan berdiri dihadapan Allah. Takutlah kepada Allah 'Azza wa Jalla, jauhilah apa-apa yang Dia haramkan, laksanakanlah segala yang Dia wajibkan, dan hendaklah engkau bersama Allah dimanapun engkau berada. Jangan sekali-kali engkau menganggap kecil nikmat Allah terhadapmu -walaupun nikmat itu sedikit- dan balaslah dengan bersyukur. Jadikanlah diammu sebagai tafakkur, pembicaraanmu sebagai dzikir dan pandanganmu sebagai pelajaran. Maafkanlah orang yang menzholimimu, sambunglah orang yang memutus silaturrahmi kepadamu, berbuat baiklah kepada siapa yang berbuat jelek kepadamu, bersabarlah terhadap segala musibah, dan berlindunglah kepada Allah dari api neraka dengan ketakwaan."

Aku berkata, "Tambahkan (nasehatmu) kepadaku."

Beliau melanjutkan, "Hendaknya kejujuran adalah lisanmu, menepati janji adalah tiang tonggakmu, rahmat adalah buahmu, kesyukuran adalah thaharahmu, kebenaran sebagai perniagaanmu, kasih sayang adalah perhiasanmu, kecerdikan adalah daya tangkapmu, ketaatan sebagai mata pencaharianmu, ridha sebagai amanahmu, pemahaman adalah penglihatanmu, rasa harap adalah kesabaranmu, rasa takut sebagai jilbabmu, shadaqah sebagai pelindungmu dan zakat sebagai bentengmu. Jadikanlah rasa malu sebagai pemimpinmu, sifat tidak tergesa-gesa sebagai menterimu, tawakkal sebagai baju tamengmu, dunai sebagai penjaramu dan kefakiran sebagai pembaringanmu. Jadikanlah kebenaran sebagai pemandumu, haji dan jihad sebagai tujuanmu, Al-Qur'an sebagai pembicaramu dengan kejelasan, dan jadikanlah Allah sebagai penyejukmu. Siapa yang sifatnya seperti ini, surga adalah tempat tinggalnya."

Kemudian Asy-Syafi'i mengangkat pandangannya ke arah langit seraya menghadirkan susunan ta'bir. Lalu beliau bersya'ir (dengan terjemahan):

Kepada-Mu -wahai ilah segenap makhluk, wahai pemilik anugerah dan kebaikan
kuangkat harapanku, walaupun aku ini seorang yang bergelimang dosa.
Tatkalah hati telah membatu dan sempit segala jalanku
Kujadikan harapan pengampunanmu sebagai tangga bagiku
Kurasa dosaku teramatlah besar, namun tatkala dosa-dosa itu kubandingkan dengan maaf-Mu -wahai Rabbku-, ternyata maaf-Mu lebihlah besar
Terus menerus Engkau Maha Pemaaf dosa, dan terus menerus Engkau memberi derma dan maaf sebagai nikmat dan pemuliaan

Andaikata bukan karena-Mu, tidak seorangpun ahli ibadah yang tersesat oleh iblis
Bagaimana tidak, sedang dia pernah menyesatkan kesayangan-Mu Adam
Kalaulah Engkau memaafkan aku, maka Engkau telah memaafkan seorang yang congkak, zholim lagi sewenang-wenang, yang masih terus berbuat dosa

Andaikata Engkau menyiksaku, tidaklah aku berputus asa walaupun diriku telah Engkau masukkan kedalam jahannam lantaran dosaku  'Dosaku sangatlah besar, dahulu dan sekarang, namun maaf-Mu -wahai Maha Pemaaf- lebih tinggi dan lebih besar."


(Tarikh Ibnu Asakir Juz 51 hal 430-431) dan ditulis ulang dari Majalah An-Nasihah Volume 13 tahun 1429 H/2008 M)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar